Search
Close this search box.

Nabila Asha: Mendadak Transformasi Digital, Indonesia Siap/Dipaksa Siap?

Nabila Asha: Mendadak Transformasi Digital, Indonesia Siap/Dipaksa Siap?

Nabila Asha: Mendadak Transformasi Digital, Indonesia Siap/Dipaksa Siap?

Nabila Asha: Mendadak Transformasi Digital, Indonesia Siap/Dipaksa Siap?

Esai oleh Nabila Asha Rahmita (Farmasi 2018) dalam Lomba Menulis Esai Mahasiswa pada the 10th Pharmacotherapy x Festival Farmasi Universitas Lambung Mangkurat 2021

Tahun 2020, untuk pertama kalinya pemerintah mengumumkan dua kasus pasien positif Covid-19 di Indonesia. Titik sejarah baru yang bukan hanya berdampak di Indonesia saja, namun seluruh dunia ini dimulai dengan menyebarnya virus SARS Covid-2. Penyebaran virus yang cepat membuat seluruh aspek masyarakat baik dalam ruang pemerintahan, tenaga kesehatan, wirausaha, para guru, karyawan, dan anak-anak merasakan kalang kabut yang luar biasa. Regulasi pemerintah dibuat secepat mungkin dengan istilah yang kita kenal PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) yang harapannya mampu memutus rantai penyebaran penyakit Covid-19 dengan cepat. Pendidikan yang harus mengikuti aturan PPKM berusaha beradaptasi dengan tidak bisa lagi melakukan pembelajaran tatap muka. Banyak usaha gulung tikar karena biaya operasional yang berjalan tidak seimbang dengan pemasukan. Banyak pabrik yang terpaksa mem-PHK karyawan demi mempersempit cost perusahaan. Dan akhirnya banyak yang kehilangan pekerjaan dan harus putar otak untuk tetap mengimbangi pengeluaran yang bahkan sudah ditekan agar lebih hemat. Dengan ini, segala lini masyarakat mau tidak mau harus mempertahankan usaha mereka dengan mengenalkan lebih dekat teknologi ke dalam system apapun seperti yang saat ini sedang kita jalani. Pendidikan mengumumkan kebijakan pembelajaran daring yang biasa kita gunakan aplikasi semacam zoom, google meet, dan lain sebagainya. UMKM sudah bukan lagi memprioritaskan adanya ruko namun harus memiliki akun media social, e-commerce, dll. Kegiatan seminar dan perkumpulan lainnya tergantikan dengan kegiatan umum melalui social media. Operasional kantor dibatasi dengan menerapkan Work From Home (WFH). Dan segala upaya agar rotasi kebutuhan masyarakat tetap berjalan dengan membatasi pertemuan secara tatap muka. Apa lagi solusinya kalau bukan mulai pendekatan berbagai system ke dunia digital. Meski awalnya masih glagaban, secara tidak langsung hal ini mampu menjadi jalan terobosan baru bagi Indonesia menuju peradapan lebih modern sesuai misi visi Indonesia emas tahun 2045. Kejadian ini bisa menjadi transformasi digital tercepat dalam sejarah Indonesia, dimana semua lini kegiatan masyarakat mau tidak mau harus bertahan dalam keadaan ini dengan mentransformasikan sistemnya melalui jejak jaringan / go digital. Pertanyaannya, apakah masyarakat Indonesia dan segala infrastrukturnya sudah siap dengan percepatan transformasi digital ? atau dipaksa siap ?

ICT for Development Researcher Daniel Oscar Baskoro mengatakan ada tiga hal yang akan berubah dan berdampak pada teknologi. Pertama adalah more technology, semenjak ada pandemi akan semakin banyak teknologi-teknologi
baru yang muncul dan akan semakin banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menunjang kebutuhan sehari-hari. Bagaimana tidak, banyak instansi pelayanan masyarakat apapun yang sebagian besar sudah mengubah sistem konvensional kerjanya dengan digital technology. Jadi mau tidak mau masyarakatpun juga harus mengikuti arus transformasi digital ini dan semakin banyak pengguna teknologi di Indonesia. Kedua adalah more automation, setelah pandemi muncul, akan semakin banyak automasi baru muncul yang bergerak diberbagai macam bidang, seperti adanya robot-robot baru dalam suatu industri untuk membantu meringankan pekerjaan manusia, mempercepat pekerjaan serta meminimalisir kesalahan dalam pekerjaan karena dijalankan oleh suatu system yang sudah disetting sebelumnya. Ketiga, less mobility atau borderless work, dengan memanfaatkan fasilitas digital yang ada, orang-orang bisa melakukan pekerjaan dari jarak jauh. Keinginan masyarakat yang serba instant harusnya berkorelasi dengan transformasi digital saat ini. Layanan-layanan online memberikan waktu lebih efektif bagi masyarakat dalam pelaksanakan kegiatannya. Berbicara teknologi atau dunia digital yang tak lepas juga kaitannya dengan kebutuhan
layanaan infrastruktur berupa penetrasi internet, kesiapan masyarakat, sumber daya manusia yang mumpuni dibidangnya yang juga harus diimbangi di Indonesia. Lalu apakah saat ini sudah sangat mempersiapkan hal itu dan
mempertimbangkan dampak-dampak adanya adopsi digital yang dipercepat ini ?

Nyatanya adopsi digital yang relatif cepat ini masih diambang jalan, seolah-olah bergerak cepat menuju peradapan teknologi yang serba digital, namun masih banyak yang masih tersendat karena keterbatasan jaringan yang belum merata di Indonesia. Ongkos paketan internet juga masih menjadi problem beberapa orang khususnya anak didik Indonesia yang harus menghabiskan ber-GB-GB (Gigabita) demi bisa mengikuti pembelajaran dengan makximal. Pengetahuan masyarakat yang masih bisa dikatakan gaptek (Gagap Teknologi), sehingga terkadang sulit mengaplikasikan berbagai macam sistem aplikasi. Belum lagi kapabilitas sumber daya manusia yang ahli dalam bidang teknologi untuk membantu membuat suatu sistem terbarukan sebagai solusi beberapa keadaan juga masih perlu diupgrade lagi. Berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh International Institue for Managemet Development (IIMD) World Competitiveness Center pada tahun 2020, peringkat kesiapan talenta digital Indonesia dalam menghadapi
transformasi digital berada pada tingkat ke-45, jauh tertinggal dari Singapura di urutan pertama, dan Malaysia yang berada di urutan 18. Belum lagi datangnya automasi impor ke Indonesia yang semakin banyak bisa menjadi boomerang bagi tenaga kerja Indonesia karena mampu menggulung beberapa posisi lapangan pekerjaan dengan mudah dengan automasi robot. Hal ini akan sangat berdampak pada jumlah lapangan pekerjaan untuk generasi millennial dan generasi setelahnya, dimana kecanggihan teknologi dimulai saat mereka memasuki usia produktif bekerja. Masih sangat banyak yang akan menjadi PR bagi Indonesia untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakatnya di era digital kedepannya.

Pandemi Covid-19 telah banyak memberikan sebuah perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia. Segala upaya penyesuaian nyatanya memang mendorong lifestyle masyarakat untuk menggunakan teknologi. Hal ini membuat semakin banyak pengguna teknologi, semakin banyak automasi baru, dan semakin sedikit mobilitas masyarakat. Perubahan ini akan sangat baik bahkan memberi peluang untuk Indonesia agar lebih cepat mencapai visi misi Indonesia emas 2045 sebagai negara maju. Namun hal ini harus diimbangi dengan infrastruktur yang memadai
dan pengetahun sumber daya manusia Indonesia yang mumpuni. Hal ini juga akan meminimalisir dampak-dampak buruk seperti ter-distracknya lapangan pekerjaan konvensional, karena masyarakat sudah beradaptasi dengan pola pekerjaan baru. Maka dari itu pentingnya sebuah kolaborasi antara masyarakat, seperti peningkatan ilmu pengetahuan tentang teknologi oleh teman-teman millennial dan generasi dibawahnya agar masa depan mereka tidak terdisrupsi serta diimbangi dengan kebutuhan fasilitas yang terjangkau dan infrastuktur yang luas. Hal penting yang harus kita ketahui saat ini adalah kita tidak tau secepat apa besok teknologi ini akan berkembang, maka tugas kita adalah mempersiapkannya hari ini. Mari menuju Indonesia negara maju !

Posts that may also interest you

Berita Lainnya

Pengumuman