Search
Close this search box.

Farmasis sebagai Komunikator yang Baik

Farmasis sebagai Komunikator yang Baik

Farmasis sebagai Komunikator yang Baik

Farmasis sebagai Komunikator yang Baik

Pembaca yang budiman, apa sih sebenarnya peran seorang farmasis itu? Sebagian pembaca mungkin akan menjawab bahwa peran farmasis adalah meracik dan menyediakan obat. Well, sebelum kita membahas apa peran farmasis, alangkah lebih baik kita tahu terlebih dahulu siapa sih farmasis itu. Farmasis (pharmacist) atau yang biasa disebut dalam masyarakat Indonesia sebagai apoteker adalah sarjana farmasi  yang  telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.

Nah, pembaca sekarang telah tahu, siapa sebenarnya farmasis itu. Sekarang kita beralih pada peran seorang farmasis atau apoteker. Selain meracik dan menyediakan obat, apoteker berperan sebagaimana yang telah diungkapkan dalam 7 Stars of Pharmacist yang sekarang menjadi 9 Stars of Phamacist oleh World Health Organization (WHO), yakni care-giver, decision-maker, communicator, manager, leader, life long learner, teacher, research,dan enterpreneur.

Dari kesembilan peran farmasis yang diungkapkan dalam 9 Stars of Pharmacist, penulis hanya akan membahas salah satu saja dari kesembilan peran apoteker, yakni apoteker sebagai communicator. Dimana seorang apoteker dituntut harus dapat bertindak sebagai komunikator yang baik. Maksud dari pernyataan tersebut adalah ketika apoteker telah terjun di masyarakat, apoteker dapat menyampaikan informasi seputar obat kepada orang lain terutama pasien yang memerlukan informasi tersebut. Misalnya, apabila ada seorang pasien yang hendak mengambil/membeli resep di apotek, hendaknya si apoteker dapat memberikan informasi seputar obat yang ia berikan pada pasien tersebut, seperti nama obat, kegunaan obat, efek samping obat, hal-hal yang perlu dihindari ketika mengonsumsi obat, dan info yang lain yang sekiranya diperlukan oleh pasien agar si pasien tidak mendapatkan dampak negatif (misalnya keracunan) akibat salah pengonsumsian obat. Hal tersebut bisa saja terjadi apabila si pasien tidak memeroleh info yang benar terkait obat.

Begitulah pentingnya skill apoteker sebagai komunikator yang baik. Pelatihan apoteker sebagai komunikator dapat diperoleh apoteker ketika masih dalam perkuliahan. Misalnya, dalam perkuliahan farmasetika, selain diajarkan bagaimana seorang apoteker meracik obat, apoteker diajarkan pula bagaimana cara mengkomunikasikan obat dalam resep terhadap pasien. Sebagai contoh adalah mahasiswa farmasi UIN Malang 2013 yang sekarang tengah menerima matakuliah farmasetika III, dalam setiap pertemuan kuliahnya mahasiswa diwajibkan untuk mengisi form pelatihan pelayanan resep (untuk membuktikan apakah resep tersebut sudah rasional atau belum) dan latihan untuk mengkomunikasikan pelayanan resep tersebut terhadap pasien (dalam bentuk presentasi dalam kelas dan mahasiswa lain sebagai pasien). Selain melalui perkuliahan, skill sebagai komunikator yang baik dapat diperoleh ketika seorang calon sarjana farmasi melakukan KKN (Kuliah Kerja Nyata), dimana mereka dilatih dan diuji secara langsung dengan menempatkan mereka di tengah masyarakat.

Sebagai hasil kesepakatan WHO dengan federasi farmasi internasional di Vancouver pada tahun 1997, disepakati bahwa format pelayanan kefarmasian adalah berbasis pasien dengan prosedur yang dikenal sebagai pharmaceutical care. Format baru ini berdampak pada peran apoteker terhadap pasien, dengan demikian peran apoteker sebagai communicator sangat diperlukan untuk menunjang kualitas apoteker yang baik. Untuk mendukung hal tersebut, didirikan PIO (Pelayanan Informasi Obat) dimana apoteker aktif memberikan informasi seputar obat terhadap masyarakat yang dapat mengurangi risiko iatrogenic disease, yakni penyakit yang timbul akibat pengonsumsian obat.

Dhadhang (2010) menyatakan bahwa terdapat dua komunikasi apoteker dalam pemberian info terhadap pasien, yakni komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Dimana komunikasi verbal mengacu pada tanya jawab antara apoteker dan pasien baik secara tertulis maupun tidak tertulis (akan lebih baik jika keduanya). Ketika apoteker berkomunikasi dengan pasien, apoteker harus mencoba menciptakan suasana yang tenang dan santai. Di sini pentingnya skill  apoteker sebagai komunikator untuk menciptakan suasana yang nyaman ketika terjadi komunikasi kepada pasien, sehingga pasien dapat menyerap informasi dengan baik. Selain komunikasi verbal, terdapat komunikasi nonverbal, yakni apoteker harus senantiasa memperhatikan berbagai tanda nonverbal, seperti tanda cemas, marah, atau malu. Banyak studi menunjukkan bahwa komunikasi nonverbal sama pentingnya dengan komunikasi verbal. Buruknya hubungan apoteker dengan pasien merupakan hasil dari komunikasi nonverbal yang buruk. Terdapat data yang menyatakan bahwa ketidakpatuhan terjadi pada 30% sampai 50% dari pasien yang menerima obat. Penyebabnya kegagalan pengobatan yang demikian adalah multifokus dan dapat berkisar dari kurangnya edukasi, terkait dengan terapi sampai pada hambatan finansial yang menghalangi pengadaan obat.

Studi tambahan sudah menunjukkan bahwa intervensi oleh apoteker, menggunakan konseling lisan dan tertulis pada permulaan terapi obat, menghasilkan perbaikan yang signifikan dalam kepatuhan pasien. Studi ini juga menujukkan betapa pentingnya konseling dan edukasi terhadap pasien yang berkesinambungan di luar pertemuan awal, yang tentunya konseling dan edukasi yang baik dapat diperoleh melalui komunikasi antara apoteker dan pasien secara baik.

Nah, kiranya pembaca yang budiman, terutama calon farmasis atau apoteker sekarang paham betapa pentingnya komunikasi dalam dunia medis, khususnya dalam dunia apoteker. Betapa banyaknya manfaat yang diperoleh ketika apoteker dapat menyampaikan informasi terkait obat dengan baik, sehingga berdampak positif terhadap pasien. (A. Yuliandari)

 Sumber:

Kurniawan, Dhadhang Wahyu dan Lutfi Chabib. 2010. Pelayanan Informasi Obat – Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

http://ilmu-kefarmasian.blogspot.com/2013/06/9-stars-of-pharmacist.html

Posts that may also interest you

Berita Lainnya

Pengumuman